Advertisement

Selain perwakilan dari UIN Suska dan UNRI, Diskusi ini juga diikuti oleh sekitar 25 orang pakar di bidang masing seperti dari dari BMKG, BPS, Karo AAKK UIN Suska Riau, Kepala PTIPD, Pejabat Utama Polda Riau beserta beberapa stakeholder terkait Karhutla yang selalu concern dengan Karhutla Riau.
Dalam kesempatan memaparkan permasalahan Karhutla
Riau, sdr Marzuki selaku perwakilan BMKG mengatakan bahwa kondisi cuaca di
Provinsi Riau, menemukan RH dalam angka 97 kebawah, hal itu menunjukan indikasi
rawan karhutla. Karena itu juga kemudian BMKG membuat peta rawan kebakaran
hutan dan lahan.”Pada tahun ini kami memprediksi musim kemarau masih dalam
kapasitas normal. Puncak musim kemarau di Riau terjadi di bulan juli dan
Agustus, bulan september masuk ke musim peralihan. Curah hujan yang
tinggi di Provinsi Riau terjadi di wilayah Riau bagian barat seperti di Rohul
dan Kampar” ujar Marzuki. Ia juga mengatakan bahwa BMKG sangat tertarik dengan
aplikasi dashboard lancang kuning karena cukup update dan banyak informasi
tersedia tentang karhutla.
Sementara itu dalam kesempatannya, Sinta Haryati
Silvana dari Pusat Studi Bencana UNRI mengatakan bahwa pihaknya sangat
mengapresiasi aplikasi dashboard lancang kuning, mengingat sistemnya yang
sangat bagus dalam penanganan emergency. “Saya juga berharap agar aplikasi
dasboard Lancang Kuning dapat di kolaborasi dengan prediksi yang sudah
disampaikan oleh para peneliti. Sehingga aplikasi ini menjadi lebih kaya dengan
data dan dapat memprediksi dengan lebih akurat” ujar Sinta.
Di bagian akhir diskusi, Irjen Pol Agung Setya Imam
Efendi Selaku Kapolda Riau mengatakan bahwa Polda Riau telah menggagas acara
bertajuk SJR (Sumatera Jungle Run) pada tanggal 11 April 2020 depan. Event ini
merupakan lomba lari yang mengambil rute wilayah Hutan di Riau. Dengan event
ini kita bisa melihat hasil dari upaya kita dalam penanganan karhutla pada
musim kemarau pertama, karena event Sumatera Jungle Run tidak bisa dilaksanakan
apabila banyak terjadi karhutla.
Dikatakan Agung bahwa Aplikasi Lancang Kuning bukan
hanya untuk Polda Riau namun untuk masyarakat Riau, tempat menampung saran, ide
dan tindakan. Kolaborasi dengan semua pihak, seperti yang disampaikan juga oleh
rektor dan peneliti, menjadi hal yang penting. Agung juga berharap semoga semua
stakeholder termasuk masyarakat Riau menemukan formula yang tepat untuk membuat
pekerjaan cegah Karhutla ini bisa selesai dengan baik.
Irjen Pol Agung Setya Imam Efendi Selaku Kapolda Riau ,“Diskusi ini adalah kolaborasi pertama kita. Dan kita harapkan kedepan, bisa kita lanjutkan dengan formulasi yang sudah kita diskusikan hari ini. Kami mempersilahkan relawan dan pusat studi bencana untuk menggunakan aplikasi ini dalam studi nya di Universitas” ujar Agung sambil menutup sesi diskusinya. (Duis/rls)